BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
` Jagung (Zea mays L) termasuk tanaman serealia yang bebas diperdagangkan dan dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk olahan sederhana hingga olahan bergengsi tinggi. Ragam jenis makanan selingan seperti jagung manis dan jagung pop corn tersebar di desa dan perkotaan. Tepung jagung produk industri bahan setengah jadi banyak digunakan oleh berbagai jenis industri antara lain makanan ringan kerupuk (Chiki, Chitos, dll), pabrik biskuit, barbaque, roti, mie, spagheti, es krem, bumbu masak, kecap, saus, tauco, soun, pemanis, minuman penyegar, sirop, dan minyak sawit. Industri ransum pakan ternak, unggas, dan ikan berkembang pesat sejak tahun 1985, memenuhi perubahan pola konsumsi masyarakat yang meningkat terhadap konsumsi daging, telur dan susu sebagai akibat dari meningkatnya inovasi teknologi biologi, kimia, dan pendapatan masyarakat. Sejalan dengan itu permintaan jagung meningkat dengan laju pertumbuhan 3,4 % / tahun (Kasrino, 2002). Pasar jagung terbuka di dalam negeri dan ekspor ke Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Thailand dan Filipina.
Dalam mendukung peningkatan produksi jagung di Indonesia, Karama (2004), berpendapat bahwa kebijakan perbenihan jagung komersil tingkat nasional sebaiknya diproduksi di Indonesia. Namun hingga saat ini, sumber daya dan kelembagaan perbenihan jagung dalam negeri belum merupakan produsen pertanian yang mumpuni dan berdaya saing handal (Baihaki, 2004). Oleh sebab itu, aspek pemahaman ilmu pemuliaan praktis dalam kehidupan pertanian khususnya ilmu menghasilkan benih jagung bermutu oleh petani harus diperluas dan ditingkatkan.
Benih varietas unggul yang bermutu merupakan penentu batas atas produktivitas usahatani. Ketersediaan benih bermutu tepat waktu dan lokasi akan mendorong percepatan pengembangan inovasi teknologi baru guna meningkatkan pendapatan dan produksi jagung nasional. Saat ini, para industri benih jagung nasional dan swasta belum bersinergis, sehingga pengembangan inovasi baru masih lambat antara lain terlihat dari pengembangan varietas jagung hibrida yang baru mencapai 27,91 %, selebihnya didominasi oleh jagung lokal dan komposit (Nugraha dan Subandi, 2002). Bahkan menurut Paliwal, (2001), sebagian besar petani Indonesia masih menggunakan benih asalan, berupa turunan hibrida dan komposit keturunan. Selama masih banyaknya jumlah petani VGyang menanam varietas lokal, maka rata-rata produktivitas jagung di Indonesia tetap rendah 2,47 t/ha (Subandi, 1988).
B. PERUMUSAN MASALAH
a. Apa dampak dari Kebanyakan petani yang belum mengerti proses pembenihan jagung?
b. Apa dampak dari Kebanyakan petani hanya mengandalkan sebagian hasil panen untuk dijadikan benih untuk ditanam kembali?
c. Apa penyebab rendahnya produktivitas jagung di Indonesia, khususnya para petani jagung?
C. PEMECAHAN MASALAH
a. Dampak dari ketidak tahuan petani dalam proses pembenihan jagung mengakibatkan petani tidak mampu mandiri dalam pengadaan benih jagung unggul sendiri. Padahal apabila petani mampu membuat benih unggul sendiri, petani mampu menghemat biaya produksi
b. Dampak dari petani yang hanya mengandalkan sebagian hasil panen untuk dijadikan benih untuk ditanam kembali yaitu mengakibatkan tingginya angka kegagalan dalam pembibitan jagung disamping itu benih yang berasal dari panen tidak tahan terhadap serangan penyakit dan produksinya rendah padahal apabila petani menanam benih yang bersertifikat, petani mampu mendapatkan tanaman jagung yang tahan hama penyakit yang berkualitas tinggi
c. Karena biasanya petani yang ada di Indonesia menggunakan bibit dari hasil panennya, karena dalam pikiran mereka itu dapat menghemat biaya. Padahal apabila mereka menggunakan bibit yang bersertifikat maka mereka dapat memperoleh produksi yang lebih menguntungkan.
BAB II
PAMBAHASAN
Adapun proses pembenihan jagung yaitu :
Adapun Teknologi Pembuatan Benih Jagung sederhana berikut ini belum pernah di patenkan, artinya siapapun berhak menggunakan teknologi ini. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan.
Sebenarnya proses pembuatan benih jagung itu tidaklah rumit hanya membutuhkan kesabaran dan ketelitian saja. Ada beberapa tahapan pembuatan benih jagung, adapun tahapan tersebut adalah:
· Pilih 2 jenis jagung yang masing-masing memiliki sifat unggul. Misal jagung A memiliki sifat bertongkol 2, kecil, berumur panjang, dan jagung B memiliki sifat bertongkol 1, besar, berumur pendek.
· Tanam kedua jenis jagung tersebut dengan cara "1 baris jagung B dan 3/ 4/5 baris jagung A, kemudian 1 baris lagi jagung B dan di ikuti oleh 3/4/5 baris lagi jagung A begitu terus sampai habis larikan di sawah dan diakhiri oleh 1 baris jagung B. Berikut adalah contoh perbandingan 1 : 3
o B A A A B A A A B A A A B
· Jika jagung mulai berbunga, cabutlah bunga atas jagung A sebelum bunga itu mekar secara keseluruhan, jangan ada sisa dan biarkan bunga atas jagung B.
· Jika jagung sudah tua dan siap panen, maka panenlah terlebih dahulu jagung B dan beri wadah khusus, tujuannya agar tidak tercampur. Kemudian jagung A dipanen seperti biasanya.
· Rawat dengan baik jagung A dan rontokkan bijinya,..nah benih jagung yang siap ditanam lagi adalah jagung A yang memiliki sifat bertongkol 2, besar dan berumur pendek.
Adapun proses Pembibitan Jagung yaitu :
1)Persyaratan Benih Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi.Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4, CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, kuning, Kania Putih, Metro, Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula. Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2, BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis Hibrida).
2)Penyiapan Benih Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa tanaman jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik pada saat lewat fase matang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang sudah kering, diambil biji bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di bagian ujung dan pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih harus lebih dari 90%, jika kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang dibutuhkan adalah sebanyak 20-30 kg untuk setiap hektar.
3)Pemindahan Benih Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti Benlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik seperti Furadan 3 G.
FASE PERTUMBUHAN DAN PERKECAMBAHAN
Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namuninterval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembangdapat berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tigatahap yaitu:
1. fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandaidengan pembengkakan biji sampai dengan sebelum munculnya daunpertama;
2. fase pertumbuhan vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daunpertama yang terbuka sempurna sampai tasselingdan sebelum keluarnyabunga betina (silking), fase ini diidentifiksi dengan jumlah daun yangterbentuk; dan
3. fase reproduktif, yaitu fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalamtanah meningkat >30% (McWilliamset al.1999). Proses perkecambahanbenih jagung, mula-mula benih menyerap air melalui proses imbibisi danbenih membengkak yang diikuti oleh kenaikan aktivitas enzim dan respirasiyang tinggi. Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak,dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula,asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza.
Setelah radikel muncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktuyang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptilterdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptilke permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculankecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaantanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptildan menembus permukaan tanah.Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelahtanam. Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambahke atas permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahappemunculan berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yangdingin atau kering, pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga duaminggu setelah tanam atau lebih.Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasilyang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah.Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan gulma lebih bersaingdengan tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normaldan tongkolnya relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebi hawal dan seragam.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Dan terima kasih pula kepada dosen pembimbing yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Teknis-budidaya.blogspot.com
Ø http//ntb.litbang.deptan.go.id
No comments:
Post a Comment