A. VISI PEMBANGUNAN PERTANIAN
Visi pembangunan pertanian masa mendatang merupakan kondisi ideal yang diinginkan didasarkan pada pengalaman historis pembangunan pertanian sebelumnya . berikut visi pembangunan pertanian yang pernah disusun oleh Tim IPB tahun 1998 adalah :
· Menciptakan produk dan jasa pertanian yang berdaya saing tinggi.
· Memelihara kelestarian lingkungan dan keberlanjutan pembangunan pertanian.
· Meningkatkan dan meratakan kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia pada umumnya dan pelaku pertanian pada khususnya.
· Meningkatkan kontribusi pertanian dalam ekonomi nasional.
Berdasarkan visi tersebut, tujuan penting yang menjadi sasaran kegiatan pembangunan pertanian dirumuskan sebagai berikut.
· Meningkatkan taraf hidup petani, khususnya petani kecil melalui peningkatan pendapatan dan kegiatan usaha pertaniannya.
· Meningkatkan kemampuan petani serta daya saing produk dan jasa pertanian nasional dalam menghadapi persaingan pasar bebas.
· Mencegah degradasi lingkungan akibat kegiatan pertanian dan kegiatan sektor lain sehingga dapat menjaga keseimbangan dan keberlanjutan ekologis.
· Menjamin ketahanan pangan nasional yang dinamis secara proporsional, bermutu, dan aman.
· Memanfaatkan sumberdaya alam secara rasional guna menjamin kegiatan pembangunan pertanian secara berkelanjutan
Para pendiri Republik Indonesia secara sadar sesungguhnya memilih model negara kesejahteraan sebagaimana dinyatakan dalam pasal-pasal UUD 1945. Meskipun dalam perjalanan waktu, apalagi dengan dominansi AS atas globalisasi sejak era orde baru paruh kedua (1980-an) dan awal reformasi, Indonesia cenderung mengacu pada model neo-liberalisme.
Sesungguhnya sejak negara Indonesia di proklamasikan dan setelah melalui masa krisis politik, pemerintah telah menyadari arti penting pertanian sebagai soko guru pembangunan nasional. Arti penting pembangunan pertanian bagi pembangunan nasional Indonesia dapat dilihat dari berbagai aspek berikut.
· Potensi sumberdaya yang besar dan beragam.
· Pangsa terhadap pendapatan dsan ekspor nasional cukup besar.
· Besarnya penduduk yang menggantungkan hidupnya dari sector pertanian.
· Peran pertanian dalam penyediaan pangan masyarakat.
· Peran sebagai basis pertumbuhan di pedesaan.
Rendahnya produktifitas pertanian Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
· Prasarana pertanian kurang memadai.
· Teknik budidaya pertanian yang tradisional.
· Masukan lain (pupuk, benih, bahan kimia) yang terbatas atu kalau pun ada sering tidak cocok dengan sumberdaya alam.
· Sosial budaya masyarakat yang berimbas pada rendahnya petani untuk meningkatkan produksi.
· Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang relatif rendah.
· Pemilikan modal yang kecil.
B. DAYA TAHAN PERTANIAN DI TENGAH KRISIS
Keadaan collaps yang menimpa sektor industri pada masa krisis ternyata tidak dialami oleh sektor pertanian dan agroindustri. Mesikpun kebijakan pemerintah di masa itu tidak berpihak pada pertanian, ternyata daya tahan ekonomi sektor ini cukup tinggi. Hampir semua sektor mengalami pertumbuhan negatif, tetapi justru pertanian mengalami pertumbuhan positif rata-rata di atas 3%. Selama masa krisis, peningkatan ekspor produk industri di dominasi produk agroindustri yang mencapai 50%, rata-rata 2% per tahun. Hal ini menunjukkan potensi pertanian sebagai penopang perekonomian yang cukup handal. Selain itu, banyaknya tenaga kerja yang terserap di sektor pertanian di masa krisis.
Sebagai akibat dari berbagai kebijakan yang kecil pemihakannya terhadap pertanian serta pendekatan sentralistik dan berfokus pada usaha tani, terjadilah akumulasi maslah berupa kenyataan-kenyataan berikut .
· Usaha pertanian yang didoominasi pada skala kecil bahkan gurem.
· Kepemilikan model terbatas.
· Penggunaan teknologi sederhana.
· Usaha yang sangat dipengaruhi oleh musim.
· Keluasan pasar terbatas atau bersifat lokal.
· Umumnya menggunakan tenaga kerja keluarga.
· Akses terhadap sumber keuangan (kredit), teknologi , dan pasar sangat rendah.
· Pasar komoditas pertanian di dalam negeri bersifat mono / oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga pada petani.
PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN
A. METODE PENYULUHAN PERTANIAN
Metode Penyuluhan Pertanian, dapat diartikan sebagai :“Cara-cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya”. Pada prinsipnya metoda penyuluhan dapat digolongkan sesuai dengan macam-macam pendekatannya :
· Dilihat Dari Segi Komunikasi
Metoda penyuluhan dapat digolongkan kedalam 2 (dua) golongan yaitu :
1. Metoda-metoda yang langsung (direct Communication/face to face Communication) dalam hal ini penyuluh langsung berhadapan muka dengan sasaran Umpannya: obrolan ditempat peternakan, dirumah, dibalai desa, di kantor, dalam kursus tani, dalam penyelenggaraan suatu demonstrasi dan lain-lain.
2. Metoda-metoda yang tidak langsung (indirect Communication) dalam hal ini penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya melalui perantara (media)
· Penggolongan Berdasarkan Pendekatan Kepada Sasaran.
Penggolongan ini berdasarkan hubungan jumlah dan penggolongan dari pada sasaran adalah :
1. Metoda Berdasarkan Perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan. Umpamanya :
a. Kunjungan ke rumah petani, ataupun petani berkunjung kerumah penyuluh dan kekantor.
b. Surat menyurat secara perorangan.
c. Demonstrasi pilot.
d. Belajar perorangan, belajar praktek.
e. Hubungan telpon
2. Metoda Dengan Pendekatan Kelompok
Dalam hal ini penyuluh berhubungan dengan kelompok sasaran umpamanya :
a. pertemuan (contoh : di rumah, di saung, di balai desa, dan lain-lain.
b. Perlombaan.
c. Demonstrtasi cara/hasil.
d. Kursus tani.
e. Musyawarah/diskusi kelompok/temu karya.
f. Karyawisata.
g. Hari lapangan petani (farm field day).
3. Metode dengan pendekatan massal
Dalam hal ini penyuluh menyampaikan pesannya secara langsung maupun tidak langsung kepada sasaran dengan jumlah banyak secara sekaligus. Umpamanya :
a. Rapat (pertemuan umum)
b. Siaran pedesaan melalui Radio/TV
c. Pemuatan film/slide
d. Penyebaran bahan tulisan : (brosur, leaflet, folder, booklet dan sebgainya)
e. Pemasangan Foster dan Spanduk
f. Pertunjukan Kesenian
· Penggolongan Berdasarkan Indera Penerima
1. Metode-metode yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan
Dalam hal ini pesan dilampirkan melalui penglihatan. Umpamanya :
a. Pesan yang tertulis
b. Pesan yang bergambar
c. Pesan yang terproyeksi : seperti film/slide tanpa penjelasan vocal/bisu
2. Metode-metode yang disampaikan melalui pendengaran
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran melalui indera pendengaran. Umpamanya :
a. Siaran pedesaan melalui radio/TV
b. Hubungan telpon
c. Pidato, ceramah, rapat.
3. Metode yang disampaikan melalui beberapoa macam alat indera secara kombinasi
Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran bisa melalui pendengaran, penglihatan, diraba, dicium ataupun dikecap secara sekaligus.
a. Demonstrasi
b. Peragaan dengan penjelasan
c. Dan lain-lain
B. PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI PENYULUHAN PARTISIPATIF
Peranan penyuluhan pertanian dewasa ini dirasakan semakin penting, khususnya dalam mendampingi petani-nelayan menghadapi era globalisasi dan perdagangan bebas, dimana petani-nelayan semakin dituntut untuk menghasilkan produk yang bermutu sesuai dengan permintaan pasar dan harus dapat bersaing dipasar .
Sasaran yang ingin dicapai oleh penyuluhan pertanian dalam penyuluhan pertanian adalah mewujudkan masyarakat pertanian yang intinya terdiri dari petani, peternak, dan nelayan yang ingin mandiri, maju, sejahtera, dan berkeadilan. Perkembangan akhir-akhir ini yang menyangkut demokratisasi, transparansi, dan Hak Azasi Manusia (HAM),hendaknya menjadi pedoman dalam pemberdayaan petani-nelayan melalui kegiatan penyuluhan pertanian dengan memperhatikan :
1. Penyuluhan pertanian menempatkan dan menghormati petani-nelayan sebagai manusia bebas yang mempunyai keinginan, harapan, aspirasi, prakarsa, dan hak untuk mengambil keputusan mandiri dalam pengelolaan usahataninya, dan bertindak sebagai subyek dan pemilik pembangunan pertanian.
2. Penyuluhan pertanian mengakomodasikan secara partisipatif perencanaan dari bawah, dalam rangka menjaring dan mengembangkan keinginan serta kebutuhan petani-nelayan dalam kegiatan usahataninya.
3. Penyuluhan pertanian mendorong penyuluh pertanian dan berbagai pihak terkait untuk bekerjasama dalam melaksanakan berbagi program pembangunan secara terpadu diwilayahnya dengan semangat tranparansi dan kemitraan.
Dengan prinsip-prinsip tersebut akan dapat disusun program dan programa penyuluhan pertanian yang benar-benar dibutuhkan oleh petani-nelayan, dan dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh semua pihak yang terkait. Sejalan dengan itu, maka diperlukan adanya pembaharuan-pembaharuan dibidang penyuluhan pertanian melalui :
1. Reposisi penyuluhan pertanian antara lain dengan memperkuat satu kesatuan korps penyuluh pertanian sebagai pejabat propesional yang mandiri.
2. Redinamisasi kepemimpinan tani-nelayan melalui peningkatan kepemimpinan petani-nelayan dalam wadah kelompok taninya.
3. Restrukturisasi kelembagaan penyelenggaraan penyuluh pertanian untuk memperkuat otonomi daerah, khususnya otonomi kabupaten atau kota, serta meningkatkan partisipasi swasta atau masyarakat melalui kelembagaan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan yang sudah ada pada dibeberapa Kabupaten atau Kota.
4. Reorientasi program-program penyuluhan pertanian melalui keterpaduan program sektor pertanian yang berwawasan agribisnis, yang bertumpu pada perencanaan partisipatif, spesifik lokalita dan berlandaskan pada kebutuhan dan swadaya petani-nelayan.
C. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Dapat kita lihat sampai sekarang ini program pemerintah dalam kaitanya dengan pembangunan ketahanan pangan masih belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat pada umumnya, pembangunan ketahanan pangan yang ada masih bersifat pada tataran makro saja pemenuhan pangan pada tingkatan unit masyarakat terkecil masih terkesan terabaikan.
Untuk mengatasi hal itu semua ada Berbagai upaya pemberdayaan untuk peningkatan kemandirian masyarakat khususnya pemberdayaan petani dapat dilakukan melalui :
1. Pemberdayaan dalam pengembangan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing Hal ini dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan penyuluh dan peneliti. Teknologi yang dikembangkan harus berdasarkan spesifik lokasi yang mempunyai keunggulan dalam kesesuaian dengan ekosistem setempat dan memanfaatkan input yang tersedia di lokasi serta memperhatikan keseimbangan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan teknologi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan para peneliti. Teknologi tersebut tentu yang benar-benar bisa dikerjakan petani di lapangan, sedangkan penguasaan teknologinya dapat dilakukan melalui penyuluhan dan penelitian. Dengan cara tersebut diharapkan akan berkontribusi langsung terhadap peningkatan usahatani dan kesejahtraan petani.
2. penyediaan fasilitas kepada masyarakat hendaknya tidak terbatas pebngadaan sarana produksi, tetapi dengan sarana pengembangan agribisnis lain yang diperlukan seperti informasi pasar, peningkatan akses terhadap pasar, permodalan serta pengembangan kerjasama kemitraan dengan lembaga usaha lain. Dengan tersedianya berbagai fasilitas yang dibutuhkan petani tersebut diharapkan selain para petani dapat berusaha tani dengan baik juga ada kepastian pemasaran hasil dengan harga yang menguntungkan, sehingga selain ada peningkatan kesejahteraan petani juga timbul kegairahan dalam mengembangkan usahatani.
3. Revitalitasasi kelembagaan dan sistem ketahanan pangan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan melalui pengembangan lumbung pangan. Pemanfaatan potensi bahan pangan lokal dan peningkatan spesifik berdasarkan budaya lokal sesuai dengan perkembangan selera masyarakat yang dinamis.Revitalisasi kelembagaan dan sistem ketahanan pangan masyarakat yang sangat urgen dilakukan sekarang adalah pengembnagan lumbung pangan, agar mampu memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap upaya mewujudkan ketahanan pangan. Untuk itu diperlukan upaya pembenahan lumbung pangan yangb tidak hanya dakam arti fisik lumbung, tetapi juga pengelolaannya agar mampu menjadi lembaga penggerak perekonomian di pedesaan.
No comments:
Post a Comment